Ku mengenalnya tanpa sengaja. Pertemuan
pertama yang begitu indah dan mengesankan membuat kami terkesipuh malu. Setelah
kejadian itu, keesokan harinya kami berdua memutuskan untuk berpacaran . Hari
demi hari ku lewati bersamanya. Bersamanya hidup ini sangat berarti, bersamanya
hidup ini sangat bahagia. Dan berfikir bahwa tak ingin berpisah darinya. Ku
menyayangi dan mencintainya dengan setulus hatiku.
Perjalanan kisah cinta kita
berdua cukup lama, kisah cinta yang menyenangkan dan keromantisan yang hidup
dalam hubungan percintaan kami berdua. Tetapi suatu saat muncul sebuah bola
panas yang menghancurkan hubungan kami berdua pada saat itu. Aku tak tahu
apakah itu sebuah ujian percintaan ataukah tidak jodohnya kami berdua. Ku
serahkan semua kepadaNya. Aku rapuh, aku sakit dan aku kecewa dengannya.
Hubungan yang telah lama kita bina berdua, pada akhirnya kandas ditengah jalan
dengan begitu saja. Seorang perempuan yang menjadi orang ketiga dalam hubungan
kami pada saat itu telah menghancurkan segalanya. Kepedihan yang aku rasakan
membuat aku memutuskan hubunganku dengannya. Awalnya dia tidak menerima
keputusanku itu, tapi apalah daya semua itu telah terjadi. Seorang lelaki yang
sangat aku cintai telah mengkhianati ku tanpa memikirkan perasaanku.
Setelah kejadian tersebut. Aku
berusaha menjauh darinya, berusaha untuk menghindar dan tak ingin mengingatnya
lagi. Tapi itu sangat sulit. Aku tak bisa, aku tak bisa membohongi hati kecil
ku sendiri. Ternyata aku masih sangat menyayanginya. Aku menyesal telah memutuskan dia dengan sepihak. Ku
mencari tahu kabar tentang dirinya, yang ku dapat hanya sebuah kepedihan. Dia
telah mempunyai pacar baru dan dia begitu cepat melupakan aku. Rasa sakit yang
teramat dalam menusuk hati, jiwa dan batin ku. Sekarang aku terus dihantui
dengan rasa penyesalan itu. Aku menyesal melakukan semuanya. Kejadian itu telah
merubahnya. Merubah sifatnya yang keras dan kasar kepadaku. Bayangan kenangan
yang selalu mengingatkanku kepadanya, yang sangat menggoreskan luka di hatiku.
Aku berusaha meminta maaf
kepadanya, tetapi dia tidak memperdulikanku, dia sangat acuh kepadaku.
Seakan-akan dia tak pernah kenal denganku, seakan-akan aku seperti musuh yang
berbahaya bagi kehidupannya. Mungkin dia ingin melupakanku, dia tak ingin
mengingatku lagi, dan membuat kisah baru yang indah bersama pilihan hatinya.
Tapi jujur, aku masih sangat mencintainya walaupun dia telah berlaku kasar
kepadaku dan dia tak pernah memperdulikanku. Aku selalu bersabar menghadapinya,
menghadapi sifat kerasnya itu. Karena jika kita mencintai seseorang, maka kita
juga harus mencintai kekurangan dari seseorang yang kita cintai. Sejatinya
cinta ialah ketika salah satu dari kedua insan tersebut memperjuangkan hal yang
teramat indah baginya, walau orang yang ia perjuangkan tak memperdulikannya.
Tetapi yakinlah sekeras-kerasnya batu di sungai, pasti akan rapuh dengan
rintihan air hujan. Begitupun dengan hati manusia itu sendiri. Kita harus yakin
karena keyakinanlah yang mampu membuat kita bertahan di dalam kepedihan.
Cinta sejati bagaikan burung yang
berterbangan diatas langit. Ia bebas terbang dengan semau dia, dengan keinginan
dia untuk mencari sesuatu yang menurutnya terbaik. Tapi percayalah, jika burung
itu sudah lelah terbang mencari yang terbaik tetapi ia tak kunjung menemukannya.
Niscaya dia akan kembali ke sangkarnya. Hingga pada akhirnya sangkarnya itulah
yang terbaik baginya. Pelindung untuknya dan segala yang terindah untuknya.
Begitupun dengan cinta sejati manusia, biarkanlah dia mencari seseorang yang
menurutnya baik baginya. Biarkanlah dia berkelana mencari hati yang tulus. Jika
dia tak menemukannya maka dia akan kembali kepada orang yang mencintai dan
menyayanginya dengan setulus hati, segenap jiwa dan raganya, walaupun harus
menunggu lama. Tetapi penantian tak akan pernah sia-sia. Semua akan berujung
dengan sebuah hikmah yang indah dan melahirkan anugerah cinta yang luar biasa
bagi kedua insan yang saling mencintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar